EconomicReview– Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) dan Dyandra Promosindo tengah menyelenggarakan pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2023 pada 9 – 12 Maret 2023 di JIExpo Kemayoran. Diakhir penyelenggaraan ditargetkan pencapaian acara ditahun ini bisa mencapai US$ 250 juta.
“Target secara keseluruhan kita sampai dengan penutupan selama emoat hari adalah US$ 250 juta. Sedangkan target on going after acara berlangsung yakni antara tiga sampai enam bulan kedepan adalah US$ 750. Dengan kata lain secara keseluruhan pencapaian target kami adalah US$ 1 miliar,” ujar Wakil Ketua Umum, Bidang Promosi dan Pemasaran HIMKI, Djudjuk Aryati.
Ia pun menerangkan even IFEX kali kedelapan ini cukup berbeda dalam pelaksanaannya baik secara demand dan secara material. Secara demand ditahun ini erat hubungannya dengan desain, dimana secara world wide industri ini tengah aware dengan berbagai hal terkait kerusakan alam.
“Dengan kata lain demand dari market industri furniture saat ini adalah lebih fokus pada bahan-bahan yang sustain. Sehingga dari eropa sendiri banyak yang menetapkan standar sertifikasi. Dimana standar sertifikasi ini bisa menjadi hambatan sekaligus peluanh bagi perusahaan yang siap,” ujar Djudjuk ketika ditemui di IFEX (11/03).

Ia pun menegaskan, hambatan yang dimaksud diatas adalah terkait dengan UMKM lokal indonesia. Dimana sertifikasi ini memerlukan biaya yang cukup mahal, apalagi negara importir tak hanya meminta satu sertifikasi bahkan bisa mencapai lima sertifikasi.
“Kalau kita bicara terkait hal ini satu sertifikat itu dalam setahun kita bisa mengeluarkan antara Rp 20juta hingga Rp25 juta pertahun. Nah kalau mereka minta lima berapa, tinggal dikalikan, itu salah saty yang menjadi pengahambatan namun bagi perusahaan yang siap hal ini menjadi peluang. Bagi yang memiliki sertifikasi lengkap perusahaan menjadi lebih mudah menawarkan produknya dan perusahaan biasanya lebih cepat lepas landasnya,” terang Djudjuk.
Dilanjutkannya, HIMKI sendiri telah meminta pemerintah paling tidak sertifikasi yang paling basic seharusnya tidak diberlakukan bagi pelaku-pelaku yang berada disektor hilir. HIMKI berharap sertifikasi dasar seharusnya diberlakukan di sektor hulu.
“Jika hal diatas dilakukan dan bisa terlaksana, itu akan sangat membantu kami para pelaku industri ini. Hal ini juga telah kami sampaikan dalam opening IFEX lalu, kami bukan menentang tapi kami mau itu diberlakukan hanya di hulu saja” imbuhnya.
Dalam kesemoatan yang sama, Djudjuk Aryati juga memaparkan India dan Timur Tengah merupakan pasar yang sangat potensial untuk produk furnitur Indonesia.
“Sekitar 70% penduduk India adalah kaum milenial yang bisa kita sasar dan kita maintain sebagai buyers. Produk-produk kita punya keunikan sendiri yang bisa kita tawarkan kepada buyers potensial ini,” ujarnya.