Economic Review- Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta melakukan sejumlah strategi untuk mengantisipasi terjadinya kasus polio di Ibu Kota. Salah satu langkah yang dilakukan Dinkes DKI adalah mengecek potensi kasus polio maupun lumpuh layu.
Menurut Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta Ngabila Salam, meningkatkan surveilans polio dan kasus lumpuh layu akut anak atau accute flaccid paralysis atau AFP di 194 RS dan seluruh puskesmas serta fasilitas kesehatan di Jakarta.
Selain itu, lanjut dia., Dinkes DKI menyegarkan kembali wawasan para tenaga kesehatan di Ibu Kota tentang penyakit polio maupun lumpuh layu. Surveilans AFP adalah pengamatan gejala yang dilakukan terhadap semua kasus lumpuh layu akut yang memiliki tiga kriteria, yakni terjadi pada anak di bawah usia 15 tahun, kelumpuhan bersifat layu dan terjadi secara mendadak, serta kelumpuhan terjadi bukan karena trauma, ruda paksa, atau kekerasan.
Semua kasus AFP akan dicatat untuk meningkatkan sensitivitas kasus polio. Polio adalah penyakit kelumpuhan yang tidak dapat disembuhkan serta disebabkan virus polio. Virus ini dapat ditularkan melalui air atau makanan yang tercemar tinja yang mengandung virus polio.
“Untuk itu, Dinkes DKI memberikan sosialisasi promosi kesehatan kepada masyarakat, termasuk menyosialisasikan imunisasi dasar. Warga diharapkan menjaga kebersihan, tidak BAB sembarangan, serta selalu mencuci tangan setelah BAB. Meningkatkan informasi kesehatan dan promosi kesehatan,” ujar dia.
Sebelumnya, Pemerintah sudah menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) polio. Penetapan KLB tersebut didasari temuan kasus polio tipe 2 di Pidie. Aceh, anak tujuh tahun tak pernah divaksin apa pun tapi mengalami kelumpuhan.
Gejalanya mulai muncul 6 Oktober 2022. Anak tersebut mengeluh demam dan onset lumpuh dilaporkan tiga hari setelahnya, 9 Oktober 2022. (TEGUH)