EconomicReview-Semangat kolaborasi dengan berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, komunitas, akademisi maupun pengusaha menjadi salah satu strategi Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) dalam mengembangkan UMKM di tanah air. Melalui kolaborasi tersebut, diharapkan dapat mendukung YDBA dalam mengantarkan UMKM menjadi mandiri, naik kelas hingga go international.
Kali ini (30/10), YDBA menggandeng PT Sarandi Karya Nugraha (PT Sarandi) yang merupakan perusahaan manufaktur alat kesehatan yang telah memasok produknya ke rumah sakit di berbagai provinsi di Indonesia untuk berkolaborasi dalam memasok produk UMKM binaan YDBA.
Dimana dalam kolaborasi ini, PT Sarandi berkomitmen untuk memberikan order kepada UMKM binaan YDBA yang produknya telah mencapai quality, cost dan delivery (QCD) yang ditetapkan oleh PT Sarandi.
Sedangkan, YDBA berkomitmen dalam memberikan rekomendasi UMKM binaan yang kompeten membuat produk dengan standar QCD yang diberikan PT Sarandi serta memberikan pembinaan manajerial dan technical kepada UMKM binaan melalui pelatihan, pendampingan dan fasilitasi pembiayaan, sehingga kompetensi UMKM dapat berkembang dan menghasilkan produk sesuai QCD yang dibutuhkan.
Komitmen kolaborasi ditandai dengan adanya penandatangan MoU kerjasama oleh Ketua Pengurus YDBA Sigit P. Kumala, Pemilik PT Sarandi Karya Nugraha Isep Gojali, Sekretaris Pengurus YDBA Ida R. M. Sigalingging dan disaksikan oleh Bendahara Pengurus YDBA, Handoko Pranoto.
“Dan hari ini kami amat mengapresiasi langkahnya PT Sarandi melakukan kolaborasi untuk memasarkan atau berbagi order kepada UMKM YDBA lainnya. Ini sangat menarik, dan sangat menginspirasi kita semua. Kami pun berharap langkah kolaborasi ini bisa menjadi contoh dan juga akan diikuti oleh UMKM binaan YDBA lainnya. Dimana kolaborasi ini sekaligus menjadi langkah untuk turut membantu UMKM lainnya dalam menggerakkan usahanya,” ujar Sigit P. Kumala.
Dalam momen ini, diadakan pula talkshow yang dikemas secara informal dengan tema “Berbagi
Order ke UMKM dengan Berkolaborasi” dengan pembicara Sigit P. Kumala dan Isep Gojali.
PT Sarandi berkomitmen akan memberikan order kepada umkm binaan YDBA. Komitmen ini sekaligus menjadi apresiasi tersendiri dimana PT Sarandi sendiri juga merupakan UMKM Binaan YDBA sejak tahun 1997.
“Kami telah lama menjadi binaan YDBA dan berharap kerjasama ini menjadi bermanfaat bagi YDBA dan binaannya. Apalagi kami sangat percaya dengan standar kualitas manufacture binaan YDBA. Kedepan kami juga berharap YDBA selanjutnya bisa bersinergi pula dengan asosiasi, sehingga kolaborasi seperti ini tidak hanya dilakukan dengan perusahaan kami,” terang Isep Gojali.
Ia menceritakan, PT Sarandi berawal dari perusahaan dengan hanya dua orang yang bersifat tidak formil dan hanya digerakkan oleh pendapatan pribadi. Dan di Tahun 1997 PT Sarandi diajak bergabung dengan YDBA, hingga akhirnya mulai difasilitasi gedung dan juga dana untuk berkembang yang didapatkan melalui Astra Mitra Ventura.
“Sejak tergabung inilah kemudian perusahaan tumbuh dan berkembang, dimana kami merupakan salah satu perusahaan binaan ASTRA dibidang teknik yang bukan bergerak dibidang otomotif. Dengan berfokus di alat kesehatan, dalam jangka beberapa tahun tersebut kami terus melakukan pengembangan usaha. Menjadi mitra binaan YDBA yang bisa kami dapatkan tak hanya binaannya, namun juga saya memanfaatkan networking atau jaringan lainnya yang dimiliki oleh YDBA,” ujar isep
Adapun alasan Isep melibatkan UMKM dalam bisnis, adalah dengan tujuan berbagi dan berkolaborasi, agar saling memperkuat khususnya dalam masa pandemi. “Kita harus mencari jalan keluar agar perekonomian terus berjalan, dan akan lebih baik jika ada kebutuhan yang bila bisa dipenuhi oleh UMKM itu akan lebih baik. Hingga saat ini ada 40 subcon UMKM yang telah berkerjasama dengan kami, beberapa diantaranya subcon binaan YDBA. Kedepan tak hanya kerjasama dengan kami, namun juga bisa berkerjasama dengan asosiasi”.
Dilanjutkan Isep, PT Sarana telah memiliki permintaan di pasar jepang. Disamping kerjasama ini, kedepan juga ada beberapa produk yang bisa disinergikan. Kolaborasi dengan YDBA ini dikatanya akan berlangsung cukup lama. “Semoga Kerjasama ini akan continue terus, dan semoga UMKM akan dapat mengisi kebutuhan industri di Indonesia. Tidak ada batas waktu dalam kerjasama ini”.
Ia pun menyadari bahwa tantangan terbesar dalam membina kerjasama dengan UMKM salah satu adalah terkait kualitas dan harga. Namun berkolaborasi dengan YDBA ini menjadi salah satu mengatasi tantangan tersebut.
Dalam talkshow tersebut, Isep bercerita mengenai latar belakang mengapa PT Sarandi yang merupakan salah satu anggota Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI) melibatkan UMKM dalam bisnisnya. Isep juga komit akan mengajak anggota ASPAKI lainnya untuk melakukan hal yang sama, yaitu melibatkan UMKM untuk memasok produk yang dibutuhkan.
Hal tersebut tentu menjadi apresiasi tersendiri bagi YDBA. Sigit P. Kumala dalam sambutannya
menyampaikan, bahwa komitmen PT Sarandi menjadi apresiasi bagi YDBA. “Komitmen tersebut menjadi kesempatan yang sangat baik bagi UMKM binaan YDBA, dan diberharapkan suatu hari nanti UMKM tersebut dapat melakukan hal yang sama, yaitu membantu UMKM lainnya,” ucapnya.
Di tambahkan sigit, saat ini ada sekitar 10 UMKM yang tengah dipersiapkan untuk mendukung jalannya kolaborasi ini, diantaranya tersebar di Tarikolot Citeureup, Bogor, Tegal, Solo, Yogyakarta dan lainnya saat ini UMKM tersebut tengah mengajukan benagai penawaran. “Kami sangat mengapresiasi PT Sarandi karena telah membukakan peluang bagi UMKM kami. Sehingga hal ini bisa menjadi contoh bagaimana binaan YDBA, pada akhirnya juga dapat melakukan kolaborasi dengan UMKM lainnya. Dengan kata lain UMKM dapat membantu UMKM lainnya”.