EconomicRevew-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Pemerintah terus berupaya meningkatkan literasi keuangan masyarakat termasuk melalui kalangan perempuan yang berperan penting dalam keluarga dan negara. Peningkatan literasi keuangan kepada perempuan juga diharapkan berkontribusi mendorong kesejahteraan masyarakat termasuk mendorong perekonomian negara.
Demikian disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dan Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi dalam acara Edukasi Keuangan BUNDAKU (Ibu, Anak, dan Keluarga Cakap Keuangan) dengan tema “Ibu Cerdas Keuangan, Mewujudkan Keluarga Sejahtera” di Jakarta, Selasa.
Friderica dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa perempuan merupakan segmen prioritas literasi dan edukasi keuangan yang dilakukan OJK sehingga OJK mendorong para perempuan menjadi duta-duta literasi keuangan di masyarakat.
“Kita percaya bahwa seorang ibu yang terliterasi maka ia pasti akan mengedukasi anak-anaknya dan juga keluarganya untuk kemudian mereka menjadi melek keuangan dan dapat memanfaatkan produk dan jasa keuangan untuk meningkatkan kesejahteraannya,” kata Friderica.
Menurutnya, dari hasil berbagai literasi keuangan yang digelar OJK bersama sejumlah pihak sudah terlihat adanya peningkatan literasi keuangan khususnya di kalangan perempuan.
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Tahun 2023 memperlihatkan data, berdasarkan gender, tingkat literasi perempuan adalah sebesar 67 persen, sementara laki-laki sebesar 64 persen. Sementara itu, tingkat inklusi keuangan perempuan adalah sebesar 76 persen, dan laki-laki berada pada angka 74 persen.
Sementara itu, Mahendra Siregar menyampaikan bahwa peningkatan literasi dan inklusi kepada perempuan akan dapat menambah kemampuan daya tahan seisi keluarga terutama dari tawaran-tawaran yang muncul di saluran komunikasi digital.
“Digitalisasi telah melahirkan pula dampak yang merugikan dan tidak diinginkan bagi bangsa dan negara kita. Kita sering mendengar investasi bodong, dan bagaimana pengaruh judi online dan lain-lain. Ini kalo dikatakan anak haram dari digital tech,” kata Mahendra.
Menurutnya digitalisasi di sektor komunikasi beserta dampaknya adalah hal yang tidak bisa dihindarkan sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan daya tahan keluarga melalui peningkatan literasi keuangan Ibu.
“Kami siap mendukung secara penuh seluruh program yang terkait literasi keuangan dan dalam hal ini secara khusus menjadikan BUNDAKU sebagai basis bagi kita melebarkan dan memasyarakatkan secara masif program literasi bagi seluruh bangsa dan negara kita,” katanya.
Pada sesi Leader’s Insight, Sri Mulyani menyampaikan tentang pentingnya keterlibatan perempuan dalam pengembangan sosial dan ekonomi. Beliau membahas beberapa poin penting seperti pemberdayaan perempuan melalui literasi dan inklusi keuangan dalam konteks pembangunan ekonomi dan sosial serta tantangan dalam peningkatan akses keuangan bagi perempuan.
“Masyarakat perlu untuk bekerja dan maju bersama. Dengan instrumen apapun yang kita miliki, kita terus promote kemajuan perempuan karena perempuan memberikan dampak ke generasi yang akan datang. Ibu-ibu yang hari ini akan diwisuda, tolong ilmunya disebarkan seluas dan sebanyak mungkin karena ilmu itu seperti cinta, semakin disebar semakin bertambah banyak,” tambah Sri Mulyani.
Menurutnya, perempuan yang diberikan akses untuk jadi literate akan mampu mencari informasi dari sekolah serta melalui interaksi sosial sehingga perempuan itu mampu mendidik anaknya dan menciptakan peradaban yang lebih baik termasuk membangun perekonomian bangsa.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi talkshow edukasi keuangan dipandu pengamat ekonomi Aviliani dan menghadirkan Direktur Compliance & Human Capital PT Bank Syariah Indonesia Tribuana Tunggadewi, Komisaris PT Permodalan Nasional Madani Nurhaida, Komisaris PT Bank Jago Tbk Anika Faisal, dan Direktur Keuangan, Sumber Daya Manusia, dan Umum, PT Bursa Efek Indonesia Rista E. Rustam sebagai narasumber.
Para narasumber membahas berbagai aspek terkait keuangan perempuan, termasuk pentingnya literasi keuangan bagi perempuan, strategi pengelolaan keuangan keluarga, strategi dalam menghadapi tantangan sektor keuangan di era digital, pemberdayaan perempuan melalui akses dan inklusi keuangan, serta pengenalan produk dan layanan jasa keuangan sebagai alternatif sumber pembiayaan dan investasi.
Dalam acara dimaksud, dilakukan juga penandatanganan komitmen bersama serta penyematan pin Bundaku Cakap Keuangan kepada seluruh peserta yang menandakan pengukuhan para peserta sebagai duta literasi keuangan perempuan yang diharapkan dapat menjadi agen literasi keuangan bagi anak, keluarga serta masyarakat di sekitarnya serta mendorong pemanfaatan produk dan layanan jasa keuangan sebagai upaya peningkatan inklusi keuangan.
Acara ini menampilkan seremoni penyerahan berbagai produk keuangan kepada nasabah, antara lain Tabungan Emas dari PT Pegadaian, produk pembiayaan Ultra Mikro (UMI) dan (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera) Mekaar dari PT Permodalan Nasional Madani, Tabungan Wadiah dari Bank Syariah Indonesia, dan Saldo Saham dari PT Bareksa Portal Investasi kepada peserta yang diharapkan dapat membantu pemberdayaan perempuan di bidang perekonomian.
OJK mengharapkan program BUNDAKU dapat menjadi gerbang awal bagi para perempuan di Indonesia untuk mencapai puncak tertinggi piramida literasi keuangan. Keterampilan para perempuan dimulai dari kemampuan pengelolaan keuangan rumah tangga, serta pemahaman akan karakteristik produk dan layanan jasa keuangan sehingga para perempuan dapat memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan keuangan keluarga.
Acara BUNDAKU juga dihadiri Ketua Dewan Pembina Ikatan Istri Pegawai OJK (IIPOJK) Ita Siregar, Ketua Umum IIPOJK Nurmayani Ichsan, narasumber dari berbagai Industri Jasa Keuangan, serta Komunitas IIPOJK, Ladies Bankers, Majelis Taklim, dan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI).
Kegiatan yang diisi dengan leader’s insight dan talkshow edukasi keuangan ini diselenggarakan secara hybrid, dihadiri oleh sekitar 700 peserta secara luring dan 1500 peserta secara daring yang berasal dari berbagai organisasi/komunitas perempuan serta majelis taklim dari berbagai daerah di Indonesia.