EconomicReview – Memasuki tahun 2021 dimana pandemi Covid-19 masih berlangsung ternyata membawa konsekuensi di berbagai sektor industri terutama di sektor Information and Communication Technology (ICT). Ada ancaman gelombang serangan baru mengingat sejak tahun 2020 hingga awal tahun 2021 proses bekerja dilakukan dengan metode jarak jauh dan sistem cloud.
Ancaman gelombang serangan baru ini akan terfokus pada jaringan rumah, perangkat lunak yang mendukung bekerja dari jarak jauh dan memakai sistem cloud. Demikian laporan Trend Micro Incorporated bertajuk “ Turning the Tide” yang diluncurkan baru-baru ini.
Dalam laporan sebagaimana dipaparkan oleh Trend Micro, pemimpin keamanan cloud, memprediksi bahwa kejahatan siber di tahun 2021 akan secara khusus menargetkan jaringan rumah sebagai jalur utama yang membahayakan Teknologi Informasi (TI) perusahaan dan jaringan IoT (Internet of Things).
“Saat mulai memasuki dunia pasca pandemi, tren kerja jarak jauh kemungkinan akan tetap digunakan di banyak organisasi. Kami memprediksi serangan yang menargetkan data dan jaringan perusahaan akan lebih agresif,” ujar Laksana Budiwiyono, Country Manager Trend Micro Indonesia.
Karena itu, kata Laksana, perlu ada peningkatan kemampuan dan pengetahuan karyawan terkait TI. “Tim keamanan perlu melipatgandakan pelatihan para karyawan sebagai pengguna teknologi, memperkuat deteksi dan respon, serta mengontrol akses secara adaptif. Setahun terakhir ini adalah tentang bertahan: sekarang saatnya bagi bisnis untuk kembali berkembang, dengan keamanan cloud yang komprehensif sebagai pondasi mereka,” ujarnya.
Laporan prediksi tersebut memperingatkan bahwa karyawan yang secara teratur mengakses data sensitif (misalnya, profesional HRD yang mengakses data karyawan, manajer penjualan yang menangani informasi pribadi pelanggan, atau eksekutif senior yang mengelola nomor rahasia perusahaan) berada pada risiko terbesar. Serangan kejahatan siber kemungkinan akan memilih mengeksploitasi celah yang ada dalam kolaborasi online dan produktivitas perangkat lunak setelah datanya terbuka, dibandingkan dengan zero-days.
Tim keamanan TI perlu merombak kebijakan dan perlindungan bekerja dari rumah untuk mengatasi kompleksitas lingkungan hibrid – yaitu di mana data kerja dan pribadi datang dalam satu perangkat. Pendekatan dengan tidak mempercayai siapapun (zero-trust) akan semakin banyak dipilih untuk memberdayakan dan mengamankan karyawan yang tersebar.
Saat kita menggunakan integrasi dengan pihak ketiga, Trend Micro juga memperingatkan bahwa API yang terekspos akan menjadi vektor serangan pilihan baru bagi kejahatan siber, cara tersebut dapat memberikan akses ke data pribadi pelanggan, kode sumber, dan layanan back-end.
Sistem cloud adalah area lain di mana ancaman akan terus terjadi pada tahun 2021, dari pembajakan, kesalahan konfigurasi, dan penyerang yang mencoba mengambil alih server cloud untuk menyebarkan gambar kontainer berbahaya.
Pada masa pandemi, Indonesia mengalami kejahatan siber cukup tinggi yang memanfaatkan situasi COVID-19. Pada Kuartal III 2020, Trend Micro mendeteksi bahwa Indonesia merupakan negara dengan peringkat pertama di dunia yang mendapat serangan malware yang berkaitan dengan COVID-19 dengan jumlah 11.088. Tak hanya itu, ada juga serangan Email Spam yang memanfaatkan COVID-19 juga cukup banyak terjadi di Indonesia, yaitu sebanyak 11.889. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai peringkat pertama se-Asia Tenggara dalam kategori serangan Email Spam berkaitan dengan COVID-19.
Kejahatan siber akan terus mengikuti kemanapun uang berada – mencari imbalan terbaik atas aksinya. Perusahaan dan tim keamaan harus tetap gesit dan waspada untuk tetap selalu berada beberapa langkah didepan para penjahat siber.