EconomicReview – Keberhasilan pemerintah dalam menangani pandemi COVID-19, turut mendongkrak kinerja bisnis retail. Meski belum sepenuhnya pulih, namun saat ini perkembangan bisnis retail berangsur-angsur membaik.
Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya rata-rata kunjungan mall pada tahun 2021 sebesar 60% jika dibandingkan dengan rata-rata tingkat kunjungan pada tahun 2020 yang hanya sekitar 50%.
Dengan capaian vaksinasi dosis pertama yang telah mencapai lebih dari 70%, vaksinasi lansia lebih dari 60%, vaksinasi anak yang telah dimulai, beberapa area publik yang telah dibuka kembali, berdampak kepada mulai menggeliatnya aktivitas sosial masyarakat. Jika kondisi dapat berjalan dengan kondusif, industri retail dapat menemukan kembali ritmenya kembali.
“Jika kondisi pandemi dapat berangsur membaik, kami optimis bahwa sektor retail akan dapat berangsur-angsur pulih,” kata Direktur Supermal Karawaci, Eddy Halim.
Melihat peluang ini sambungnya, Supermal Karawaci terus berusaha untuk lebih kreatif agar tetap survive. Salah satunya dengan menerapkan protokol kesehatan yang lebih ketat dan merangkul para tenant untuk duduk bersama mencari solusi sehingga tenant dapat menjalankan usahanya dengan baik.
Supermal berupaya menyelaraskan program dengan kebijakan pemerintah yang dinamis. “Ini adalah salah satu usaha untuk menjaga stabilitas bisnis melalui focus business belanja on line. Mengingat belum dapat dipastikannya kondisi pandemi berlalu, namun untuk tetap menjadi mall pilihan pengunjung, kami menggelar program-program tematik,” imbuh Eddy Halim.
Supermal menggelar event tematik pada saat high season di antaranya diskon Imlek dan persiapan Lebaran yang sebentar lagi tiba.
“Kami berusaha memberikan pengalaman berbelanja yang diharapkan oleh pengunjung kami dengan tetap menghindari potensi kerumunan dan tetap menjaga protokol kesehatan yang ketat. Saat ini Supermal Karawaci menempatkan ratusan sensor tubuh, dan hand sanitizer di setiap pintu masuk (atau jumlah/ angka lokasi penyediaan ). Kami juga senantiasa mewajibkan penggunaan aplikasi PeduliLindungi,” katanya.
Tantangan lain yang dihadapi mal ialah channel e-commerce. Hal ini akibat pembatasan mobilitas sebagai salah satu dampak pandemi. “Tapi sifat dari e-commerce yang single dimension tetap memberikan peluang untuk bisnis shopping center,” katanya, optimistis.
Eddy melanjutkan, tidak semua barang dapat dibeli hanya dengan melihat spesifikasi yang tertera di dalam deskripsi, orang ingin merasakan langsung dengan inderanya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membeli. Selain itu orang pergi ke mall tidak hanya untuk membeli barang yang diperlukan, namun lebih ke mencari rekreasi. “Oleh karena itu, experience inilah yang kami tawarkan kepada pengunjung kami.”
Ia pun menambahkan, Supermal melihat fenomena e-commerce sebagai peluang untuk dapat meningkatkan awareness netizen mengenai eksistensi mal.
“Melalui beberapa channel media sosial seperti instagram dan Tiktok, Reel team digital marketing kami secara rutin membuat konten berisikan experience yang bisa didapatkan jika berkunjung ke Supermal Karawaci,” tutupnya.
