EconomicReview- Dalam rangka memperluas wawasan UMKM dalam menjalankan bisnis di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) berkolaborasi dengan Divisi Environment & Social Responsibility PT Astra International Tbk menyelenggarakan Seminar Pinter dengan tema Akselerasi Bisnis di Era New Normal. Seminar yang dilakukan secara virtual melalui aplikasi
Zoom dan disiarkan langsung melalui channel YouTube Channel Yayasan Dharma Bhakti Astra ini diikuti sekitar 500 UMKM.
Seminar ini menghadirkan dua pembicara, yaitu Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Dirjen PDT), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia, Drs. Samsul Widodo, M. A, dan Profesional serta Ekonom Indonesia, Dr. Aviliasi SE, M. Si,. Dan dimoderatori langsung oleh Sekretaris Pengurus YDBA, Ida. R. M. Sigalingging.
Dalam sambutannya Ketua Pengurus YDBA, Sigit P. Kumala, menyampaikan bahwa di masa penuh tantangan ini UMKM tidak boleh menyerah, namun tetap optimis dan kreatif serta dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk melakukan terobosan baru. Sigit juga menambahkan, bahwa hasil survei yang dilakukan YDBA kepada UMKM Kerajinan di Jabodetabek menunjukkan, 60% UMKM
melakukan perubahan produk/ diversifikasi produk, seperti pembuatan masker/ Alat Pelindung Diri (APD) juga sektor kuliner.
“Memang UMKM telah melakukan diversifikasi, namun belum bisa meningkatkan omset seperti
semula, mereka tetap mengalami penurunan omset. Tetapi, hal tersebut lebih baik, dibandingkan tidak melakukan apa-apa. Kami pun terus mendorong UMKM melakukan terobosan demi kemajuan bisnisnya,” terang Sigit.
Melalui seminar ini, Sigit percaya bahwa melakui kreativitas UMKM Indonesia, banyak pencapaian yang dapat ditorehkan UMKM di masa sulit ini, karena UMKM Indonesia bisa dan hebat. Sigit juga berharap para UMKM mendapatkan banyak ilmu baru yang dapat menginspirasi untuk dapat diterapkan di bisnis masing-masing.
Disaat yang sama Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Dirjen PDT, Kemendes PDTT RI Drs Samsul Widodo mengungkapkan bahwa sebelum COVID-19, hanya 25% produk lokal yang hadir di penjualan daring, 75% produk di nama-nama e-commerce papan atas Indonesia merupakan produk impor.
“Padahal kita mampu, buktinya petani wilayah Indonesia timur berhasil meningkatkan nilai penjualan hasil kopranya, dari kopra hitam ke kopra putih salah satunya. Saya ikut hadir saat ekspor perdana produk ini, sebenarnya bisa, karena tidak mahal untuk membuat produk ditingkatkan nilainya,” jelasnya pada Seminar dengan tema Akselerasi Bisnis di Era New Normal (17/06).
Dalam pemaparannya, Drs. Samsul Widodo, M.A, juga sharing dan memberikan gambaran terkait kebijakan & strategi yang dilakukan oleh Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi dalam menghadapi Pandemi Covid-19 serta bentuk
penerapan new normal di Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan juga di UMKM secara umum.
Ia melanjutkan UMKM di desa, baik petani, petani dan peternak sudah lumayan melek digital. Yang ia ketahui, mereka sudah menggunakan Facebook untuk menjadi kanal penjualan digital mereka. Hanya saja mereka masih kurang terarah, dengan dukungan YDBA yang sudah berpengalaman mengelola UMKM, ia yakin, berbagai usaha dibawah BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) yang berada di bawah Kemendes PDTT, akan lebih maju lagi. Terus mencari terobosan.
“Kami sebenarnya sudah memberikan kanal digital untuk penjualan hasil pedesaan yaitu melalui laman Dapurkita.bundesmart.com, juga menggandeng e-commerce papan atas seperti Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak. Tantangan mereka adalah jalur pemasarannya, YBDA bisa mendukung dari sini juga,” kata Samsul.
Di masa pandemi ini, lanjutnyan tidak semua sulit, ada banyak UMKM berhasil menembus ekspor. Justru pandemi ini menjadi kesempatan bagi para petani, misalnya untuk tidak harus ke pasar untuk menjual hasil panennya, dengan dukungan digital seperti di Dapurkita.bundesmart itu. Bahkan Samsul yakin para petani siap memasuki tata kelola baru di new normal, tetap bisa berjalan menjual hasil panennya.
“Pekerjaan rumah kita adalah bagaimana mereka bisa memiliki kemampuan memotret yang bagus untuk di pasar online dan memiliki kemampuan packaging yang baik, serta skill menjual secara online. Dukungan YBDA bisa ada di sini, kita bersama-sama,” ucapnya mengakhiri pemapara .
Masih dalam seminar yang sama Dr. Aviliani SE, M. Si memberikan gambaran mengenai perubahan perilaku konsumen dan hal-hal yang sebaiknya dilakukan UMKM untuk mendapatkan peluang pasar baru di era new normal.
Aviliani menyarankan beberapa point yang harus dilakukan agar produk UMKM dapat terus diterima pasar, yakni, Pertama, pelaku UMKM harus terus mengevaluasi perilaku dan kepuasan konsumen agar apa yang mereka hasilkan bisa terus diterima. Kedua, Inovasi dan kreatifitas, yang harus terus dikembangkan agar ketika kompetitor masuk mereka bisa menjaga pasar. Ketiga, Jaminan purna jual menjadi kunci penting dalam pelayanan. Keempat, jangan lupa membangun branding, agar lebih dikenal luas produknya. Kelima, di era yang sangat informatif, pasar terbuka, harga harus ditentukan dengan sangat hati-hati agar bisa bersaing atau kompetitif.