EconomicReview-PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) tak henti-henti menerima penghargaan atas kinerja kerja yang positif dalam berbagai bidang. Baru-baru ini PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali sukses menyabet Gold Awrad (Excellent) predikat sebagai The Best Indonesia Enterprises Risk Manajemen Award VI 2024 dalam kategori Regional Development Bank (BPD) pada ajang Risk Management Public Training & IERMA VI-2024 (Indonesia Enterprises Risk Management Award) yang diadakan oleh Economic Review, di Jakarta, Kamis 18 Januari 2024 lalu.
Penghargaan ini berdasarkan penilaian juri terhadap kinerja Risk Management, Finance dari data perusahaan yang diperoleh dari website, Annual Report 2022, laporan keuangan 2022 yang telah dipublikasikan. Kategori yang dinilai dalam penjurian ini di antaranya manajemen risiko seperti lingkungan internal dan sarana, identifikasi risiko, penilaian risiko, tanggapan risiko, pemantauan dan evaluasi serta kecukupan kualitas dan kuantitas yang membawahi manajemen risiko (sertifikasi, latar belakang pendidikan dan pengalaman). Juga audit dan audit internal, hukum dan reputasi serta finance.
Adapun yang menjadi dewan juri di ajang ini, Dr. Dewi Hanggaraeni, MBA, CA, CACP (Dekan FEB dan FKD Universitas Pertamina, Ketua Umum Perhimpunan Penggiat Tatakelola, Risiko dan Kepatuhan) serta anggotanya Alan Yazid Bbus, MB (Wakil Ketua Perhimpunan Penggiat Tatakelola, Risiko dan Kepatuhan Indonesia).
“Saya ucapkan terima kasih pada Economic Review. Bagi Bank BPD Bali, setiap penghargaan adalah sebuah tantangan mudah-mudahan ke depannya Bank BPD Bali bisa tetap eksis dan bisa lebih baik,” ujar I Gusti Ngurah Bagus Artawa, S.H., Komisaris Utama Pt Bank BPD Bali saat menerima award.
Lebih jauh Ngurah Bagus Artawan menerangkan, terdapat sejumlah kebijakan Bank BPD Bali terkait Manejemen Risiko untuk Risiko Operasional. Terdiri dari SOP Loss Event Database (LED) yang mampu memetakan event (kejadian) risiko di masing-masing Cabang yang disebabkan oleh faktor SDM, faktor Eksternal, faktor Sistem dan teknologi serta proses internal.
Dalam menyikapi perkembangan teknologi pasca pandemi Covid-19 serta mewujudkan peran Bank yang inovatif melalui pengembangan ekosistem digital, Bank BPD Bali tetap berinovasi dalam mencetak kinerja positif sampai dengan bulan Maret tahun 2023, total aset Bank BPD Bali tumbuh sebesar 8,34% (y-o-y) dari sebelumnya pada bulan Maret 2022 sebesar Rp 28.898.836.470.044 juta menjadi Rp 31.308.022.981.350 juta pada Maret 2023. Tercatat, laba Bank BPD Bali menunjukkan peningkatan sampai Maret 2023 sebesar 6,31%, dari sebelumnya pada bulan Maret 2022 sebesar Rp187.164.159.093 juta menjadi Rp 198.976.883.355 juta pada Maret 2023.

Kredit direalisasikan terdistribusi meningkat sebesar 1,83% (y-o-y) dengan jumlah Rp20.160.627.684.765 juta pada bulan Maret 2023 yang sebelumnya pada bulan Maret 2022 hanya Rp 19.797.815.240.891 juta. Selanjutnya untuk mempercepat akses keuangan, Bank BPD Bali memberikan akses pembiayaan dengan berbagai produk kredit berupa kredit KUR Super Mikro, KUR Mikro dan KUR Kecil, kredit modal kerja, kredit investasi dan teranyar Bank BPD Bali meluncurkan kredit program KUSUMA (Kredit Usaha untuk Sejahtera Unggul & Maju) yang diperuntukkan untuk Debitur KUR Kecil yang tidak dapat memperoleh KUR kembali dan selanjutnya diprospek menjadi debitur kredit komersial dengan plafon kredit menyesuaikan dengan kemampuan membayar (repayment capacity).
Untuk mengatisipasi Risk Management pada Manajeman Risiki Operasiional, Bank BPD Bali menerapkan Operasional SOP Key Risk Indicators (KRI) yang dapat memberikan early signal mengenai isu risiko di unit kerja yang mendapatkan perhatian untuk segera ditangani yang mana indikator KRI ini terdiri dari peringkat Kritis, Dalam Perhatian dan Normal.
SOP Profil Risiko Kantor Pusat yang memetakan risiko-risiko di kantor pusat yang tidak terbatas pada risiko operasional saja. Bank BPD Bali memiliki SOP Business Continuity Plan yang mengatur mengenai penanganan bisnis pada saat kondisi darurat dimana pada SOP tersebut terdapat organisi yaitu Crisis Management Team (CMT) yang dibentuk untuk menetapkan kebijakan, mengembangkan strategi dan membuat keputusan yang meminimalkan dampak dari gangguan usaha.
Salah satu cara untuk memitigasi risiko kejahatan ATM dan meningkatkan risk awareness adalah dengan menggunkan teknologi berbasis pendekatan Internet of Things yang dapat diimplementasikan dalam pengendalian vandalisme ATM.