EconomicReview – Harga kedelai saat ini melonjak hingga Rp9.300 per kg dibanding tiga bulan lalu yang hanya kisaran Rp6.000-Rp7.000 per kg sesuai data Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebutkan bahwa pihaknya segera menyiapkan ketersediaan kedelai dari produksi lokal, ini sebagai antisipasi atas melonjaknya harga kedelai di pasar dunia.
Syahrul menilai bahwa harga kedelai di pasar dunia yang melonjak ini merupakan bagian dari kontraksi global. Meningkatnya harga kedelai karena adanya pengaruh dari produsen utama, Amerika Serikat.
“Ini adalah pelajaran untuk kita semua sehingga kekuatan (produksi) lokal dan nasional harus menjadi jawaban dari kebutuhan kedelai tersebut,” papar Syahrul seperti dikutip dari laman resmi Jakarta Info.
Senada dengan Kementan, Kementerian Perdagangan juga menilai jika kenaikan harga kedelai ada kaitannya dengan permintaan konsumsi dari China yang merupakan negara importit kedelai terbesar dunia.
Meskipun Indonesia merupakan negara importir terbesar kedua, namun dampak dari hal tersebut tetap dirasakan karena kenaikan harga kedelai tersebut tetap menjadi beban bagi para perajin tahu dan tempe yang terpaksa menaikkan harga jual.
Menyikapi hal ini, Kementan akan terus berkoordinasi dengan integrator dan pengembang kedelai untuk terus produktif dalam meningkatkan produksi dalam negeri. Setidaknya dibutuhkan waktu 100 hari dalam satu kali masa tanam dan panen kedelai, namun untuk memenuhi ketersediaan maka diperlukan dua kali masa tanam.