EconomicReview-Kementerian Keuangan Republik Indonesia bekerja sama dengan Kelompok Bank Dunia dan Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional menyelenggarakan Seminar Internasional tentang Strategi Keluar dari Jebakan Pendapatan Menengah dan Growth Academy. Acara yang berlangsung selama dua hari ini juga bertujuan untuk meluncurkan World Development Report 2024 tentang Jebakan Pendapatan Menengah (WDR24) di kawasan ASEAN.
WDR24 telah mengidentifikasi kebijakan dan strategi yang dapat diadopsi oleh negara-negara berkembang untuk menghindari jebakan pendapatan menengah. Oleh karena itu, peluncuran WDR24 pada tingkat regional bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman bersama tentang bagaimana negara-negara tersebut dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah, termasuk untuk memberikan panduan bagi para pembuat kebijakan dalam menentukan agenda berdasarkan pola pertumbuhan unik Indonesia. Selain itu, acara ini juga berupaya untuk membangun jaringan kolaboratif global yang terdiri dari para peneliti, akademisi, dan praktisi, terutama di antara negara-negara anggota ASEAN untuk memfasilitasi pertukaran ide yang berkelanjutan dalam mengatasi tantangan pembangunan yang paling mendesak di negara-negara berpenghasilan menengah.
Sebagaimana disebutkan dalam laporan tersebut, sejak tahun 1990-an, hanya 34 negara berpendapatan menengah yang berhasil mencapai status berpendapatan tinggi, sementara sisanya—108 negara pada akhir tahun 2023—masih terjebak dalam perangkap berpendapatan menengah. Terkait hal ini, laporan tersebut mengusulkan “strategi 3i” bagi negara-negara untuk mencapai status berpendapatan tinggi. Bergantung pada tahap perkembangannya, semua negara perlu mengadopsi bauran kebijakan yang saling terkait dan saat ini semakin kompleks. Negara-negara berpendapatan rendah disarankan dapat berfokus pada kebijakan yang dirancang untuk meningkatkan investasi—fase 1i. Namun demikian, saat negara-negara tersebut mencapai status berpendapatan menengah ke bawah, maka perlu memperluas arah bauran kebijakannya ke fase 2i: investasi dan infusi, yang terdiri dari adopsi teknologi dari luar negeri dan mengakomodasinya ke seluruh aspek perekonomian. Sementara, pada tingkat berpendapatan menengah ke atas, negara-negara tersebut harus mengubah arah bauran kebijakan ke fase 3i yang terdiri dari penguatan investasi, infusi, dan inovasi.
Menurut Menteri Keuangan Republik Indonesia, “Pencapaian status berpendapatan tinggi bergantung pada produktivitas yang berfokus pada sumber daya manusia dan infrastruktur. Indonesia perlu fokus pada fondasi untuk meningkatkan sektor-sektor ini, baik dari segi anggaran atau sumber daya, regulasi, kebijakan, dan aspek kelembagaan yang memungkinkan lebih banyak partisipasi pemerintah daerah dan sektor swasta”. Menteri Sri Mulyani juga menambahkan bahwa negara harus berupaya membangun ekosistem yang mendukung agar penelitian dan pengembangan dapat berkembang untuk mendukung prioritas nasional, seperti meningkatkan layanan kesehatan, teknologi digital, dan industri elektronik.
Senada dengan itu, Indermit Gill, Wakil Presiden Senior dan Kepala Ekonom Grup Bank Dunia mengatakan bahwa kesuksesan dalam mengimplementasikan rekomendasi laporan tersebut akan bergantung pada upaya masyarakat menyeimbangkan penciptaan, pelestarian, dan destruksi. Negara-negara yang mencoba “melindungi” warga negaranya dari tantangan-tantangan terkait dengan upaya reformasi dan keterbukaan akan kehilangan manfaat dari pertumbuhan berkelanjutan. Selain itu, Indermit juga mengatakan bahwa mencapai status berpendapatan tinggi tidak boleh mengorbankan isu lingkungan.
Acara dua hari tersebut juga ditujukan untuk mendiseminasikan Growth Academy, sebuah forum pengetahuan yang didirikan oleh Bank Dunia dan Universitas Chicago, untuk mendalami tema-tema utama yang dibahas dalam WDR24. Growth Academy bertujuan untuk memberikan wawasan mutakhir dan perangkat praktis bagi para pembuat kebijakan dan peneliti untuk mengatasi tantangan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, Bank Dunia dan Universitas Chicago menawarkan edisi khusus Growth Academy yang disesuaikan dengan tantangan pertumbuhan spesifik kawasan ASEAN. Seperti yang disebutkan oleh Menteri Sri Mulyani, sebagai kelompok negara, ASEAN harus bekerja sama dalam mengatasi tantangan regional. “Integrasi regional adalah kunci bagi kawasan untuk tumbuh bersama dan mengatasi tantangan regional dan global, termasuk dalam menghindari jebakan pendapatan menengah”.