EconomicReview-Memasuki Hut Ke -41, Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) terus konsisten menjalankan program tanggung jawab sosial Astra dengan fokus pada pembinaan UMKM yang meliputi UMKM manufaktur, baik terkait value chain bisnis Astra, maupun yang tidak terkait, bengkel umum roda empat dan roda dua, pengrajin dan petani.
YDBA terus memberikan pelatihan dan pendampingan kepada UMKM untuk naik kelas dan mencapai kemandiriannya. Tak heran jika, tahun ini YDBA juga gencar mendorong pelaku UMKM melakukan optimalisasi melalui pasar daring, mengingat untuk pasar luring sedang terjadi penurunan pada masa pandemi COVID-19. YDBA mengajak pelaku UMKM untuk melakukan diversifikasi produk guna menarik konsumen, khususnya konsumen di pasar daring atau online.
“Kami mengajak pelaku UMKM untuk melakukan diversifikasi produk, bagaimana menambah varian-varian produknya agar konsumen tidak jenuh terhadap produk yang ditawarkan oleh pelaku UMKM. Melalui media online juga kami memberikan edukasi kepada UMKM mitra binaan kami terkait bagaimana menampilkan produk yang dipasarkan oleh UMKM diperbaiki dari sisi penampilan, baik dari aspek informasi maupun penampilan secara kemasan,” ujar Ketua Pengurus YDBA Sigit P Kumala dalam Jelajah Virtual UMKM awal April lalu.

Hal senada pernah disampaikan oleh Bendahara Pengurus YDBA Handoko Pranoto dalam jelajah virtual UMKM YDBA diawal Januari lalu. Ia mengatakan industri UMKM kuliner merupakan salah satu industri yang menarik perhatian, terlebih lagi pada masa pandemi COVID-19. “Di saat industri lain mengalami penurunan dalam bisnisnya, industri kuliner menjadi salah satu industri yang mencetak tren positif, seperti salah satunya produk kuliner yang mendukung kesehatan,” katanya.
YDBA lanjut Handoko memberikan pembinaan awal kepada para pelaku UMKM sebagai langkah mendorong UMKM masuk ke pasar daring, seperti pelatihan pembukuan sederhana, bagaimana cara mengemas produknya, kemudian pembuatan desain yang menarik, dan mengenalkan kanal-kanal pemasaran digital seperti sosial media, loka pasar daring, dan sebagainya.
“Seperti diketahui untuk bertransformasi ke ranah digital membutuhkan persiapan, baik itu dari segi teknologinya sendiri maupun dari segi produknya. Hal-hal tersebut yang selama ini kita dorong. Kita ketahui melalui penjualan platform online, rata-rata omzet UMKM selalu meningkat dibandingkan dulu sebelum mereka masuk online,” kata Handoko.
Hingga Desember 2020, YDBA telah memberikan pembinaan kepada 11.695 UMKM. Dimana 942 merupakan UMKM di bidang Manufaktur, 1.279 di bidang Bengkel Roda-2 dan Roda-4, 3.325 di bidang Kerajinan, 1.206 di bidang pertanian dan sekitar 4000an adalah UMKM bengkel mitra Honda dan AHASS serta UMKM binaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang telah diserahkan ke stakeholder / partner dalam program pembinaannya. YDBA secara tidak langsung juga telah menciptakan 70.597 lapangan pekerjaan melalui UMKM yang difasilitasinya.
Garap Pasar Online, Omset Naik 200%
UD Aneka Loyang, salah satu UMKM binaa YDBA yang terbukti eksis berkat inovasi dan kolaborasi UMKM ini memasuki pasar online. H. Nuryaman merintis UD Aneka Loyang pada tahun 1998, Kompetensi dan keahliannya dalam membuat loyang didapat H. Maman, sapaan akrabnya dari pengalamannya bekerja di sebuah industri pembuat Loyang. Dengan melibatkan anak dan menantu di dalam bisnisnya, H. Maman berharap usaha yang telah dirintisnya dapat terus berkembang dan tidak lagi menjadi usaha yang “one man show”.
UD Aneka Loyang, bergabung menjadi binaan YDBA pada tahun 2019, hal ini sekaligus memberikan awareness H. Maman untuk menerapkan manajemen bisnis yang baik dalam usahanya. Melalui Pelatihan Basic Mentality, H. Maman mulai membagikan job desk dengan tim nya. Melalui Pembukuan Sederhana, H. Maman mulai membenahi keuangan dalam bisnisnya, sehingga mengetahui berapa omset yang didapat dalam usahanya.

Sebelumnya H. Maman memasarkan produknya hanya di pasar offline, yaitu pasar tradisional di daerah Citeureup Kabupaten Bogor. Namun melalui YDBA, H. Maman mulai membuka kesempatan untuk memasarkan produknya di pasar online. Kesempatan memasarkan produk secara online tersebut didapat H. Maman saat omset usahanya turun mencapai 50 % tepatnya di awal masa pandemi.
“YDBA memperkenalkan kami dengan Toko Pasti Puas, sebuah merchant di berbagai Marketplace. Setelah memasarkan produk di merchant tersebut, omset perusahaan naik hingga mencapai 200%. Kalau sebelumnya kami hanya jual offline di Pasar Citeureup, sekarang ini sudah bisa dibeli di mana saja, malah katanya sudah ada pembeli dari luar negeri. Itu karena produk loyang kue kami dipasarkan juga secara online oleh Toko Pasti Puas atau Topas,” ujar H. Maman.
H.Maman kini boleh berbangga hati karena produk loyang buatannya diterima di pasar ASEAN. Tercatat, sejak Juli 2020 hingga Maret 2021 H. Maman telah men-supply produknya melalui Toko Pasti Puas sebanyak 9.180 pcs.
Besarnya permintaan produk Loyang, lak lantas membuat H. Maman nyaman di zona tersebut. Di tengah order yang meningkat, H. Maman melakukan inovasi proses dalam pembuatan produk.
“Awalnya kami membuat loyang bongkar pasang secara manual, saat ini kami terlahbberinovasi dengan menggunakan mesin rol. Terkait pemintaannyang terus meningkat dan untuk mengamankan pasokan bahan baku, baik dari sisi volume, kualitas, dan harga, kami memiliki strategi tersendiri yakni terus membangun hubungan baik dengan pemasok, dalam hal ini adalah toko material,” cerita H. Maman.
Penjualan Online Meningkat, Seiring Inovasi Produk
Hal yang sama turut dirasakan oleh Bonles Frozen Food, UMKM binaan YDBA ini juga termasuk salah satu yang mampu eksis sepanjang pandemi. Dengan terus mengoptimalkan peluang dan berinovasi, pemiliknya Santy, yang merupakan mantan karyawan yang memutuskan beralih profesi menjadi pebisnis kuliner, melihat ada peluang besar dibidang kuliner. Hingga akhirnya ia mendirikan usaha Bonles Frozen Food pada 2 Februari 2016.
Awalnya bisnis yang digeluti Santy, yakni men-supply ikan lele ke cathering setiap 1 – 2 minggu sekali, ia menjajal membuat lele yang dibumbui menjadi frozen food. Percobaannya pun membuahkan hasil yang tak disangka. Minat para customer semakin meningkat, bahkan banyak permintaan untuk produk lainnya.
Terus mengedepankan inovasi Santy, terus menghadirkanproduk lain, seperti ikan mas bumbu, ayam ungkep bumbu, ayam rica-rica bumbu dan produk ikan air tawar lainnya yang dikemas dalam frozen food.
Tak ingin kehilangan peluang, Santy mengoptimalkan media digital, yaitu media sosial untuk memasarkan produknya. Mayoritas pelanggannya berasal dari media digital tersebut. Banyaknya ibu-ibu muda modern yang bekerja, menjadi peluang Santy untuk memasarkan produk frozen-nya.
“Di masa pandemi, banyak ibu-ibu yang memilih membeli kebutuhan dapur termasuk lauk di toko ataupun media online. Peluang itu saya manfaatkan untuk memastikan omset bisnis yang saya jalankan tetap aman di masa pandemi. Tak disangka, omset Bonles Frozen Food naik 50 – 100 % di awal pandemi,” jelas Santy.

Di masa pandemi tersebut Santy mengeluarkan produk baru, yaitu frozen food untuk ikan air laut yang banyak diminati oleh pelanggan selain memesarkan secara online Santy juga memasarkan produknya secara offline yaitu di beberapa mini market di Kota Bontang, diantaranya Alfamidi, Eramart, Hendaramart, pamadriri mart dan Kokarmart.
Bonles Frozen Food memiliki moto masak praktis, tanpa pengawet, pewarna dan penyedap rasa, hal ini turut membuat para customer percaya terhadap bisnisnya. Kini, Santy tengah memperluas pasar untuk mengoptimalkan reseller atau toko-toko di Kalimantan Timur dalam memasarkan produknya.
Untuk mendukung manajamen bisnis dalam usahanya, pada tahun 2017 Santy bergabung menjadi binaan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) Pama Besai Berinta. LPB ini didirikan Yayasan Dharma Bhakti Astra bersama PT Pamapersada Nusantara untuk melakukan program pembinaan UMKM di wilayah berdirinya LPB.
“Tergabung dengan LPB, menyadarkan saya akan pentingnya belajar manajemen bisnis, salah satunya Pembukuan Sederhana. Dengan Pelatihan dan Pendampingan Pembukuan Sederhana yang diselenggarakan LPB, kini saya mengetahui perkembangan bisnis melalui omset yang diperoleh Bonles Frozen Food,” ujar Santy.
Ia melanjutkan ilmu yang didapat tersebut di LPB, turut ia bagikan pula kepada UMKM-UMKM lain di Bontang yang belum menerapkannya. Di samping itu, Santy juga aktif mengikuti berbagai kegiatan pembinaan, mulai dari Pelatihan Basic Mentality hingga program menuju produk bersertifikat halal.