EconomicReview-Pemerintah baru memulai revitalisasi industri gula nasional untuk ketahanan pangan di tengah ancaman krisis pangan dunia. Diproyeksikan 5 tahun ke depan, RI akan mampu berswasembada gula nasional. Hal ini dikatakan Presiden RI Jokowi (Joko Widodo) di Perkebunan Tebu, di Mojokerto, Jawa Timur, Jumat (4/10/2022).
Presiden RI Jokowi menyatakan bahwa pemerintah RI telah memulai sesuatu yang baru terkait urusan tebu. Revitalisasi industri gula. Pemanfaatan bibit tebu dari negara Brasil.
“Kita telah memulai sesuatu yang baru untuk urusan tebu. Karena kita menggunakan varietas yang paling baru ini. Disini itu tidak perlu pemupukan nitrat, potas, itu tidak perlu karena tanahnya sudah subur,” ungkap Presiden RI Jokowi kepada awak media di lokasi, Jumat (4/11/2022).
Indonesia selama ini melakukan impor gula konsumsi pertahun. Angkanya menyentuh 1.880.000 ton. Sedangkan impor gula untuk industri menyentuh angka 3.569.000 ton.
“Padahal kita tahu, tahun 1980-an kita ini raja gula. Ekspor kita kemana-mana ke semua negara,” tegasnya dalam sambutan.
Presiden RI Jokowi telah memerintahkan menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menyiapkan bibit-bibit dari varietas yang baik. Pemerintah bekerjasama dengan Brasil untuk ini karena varietas tebu dari Brasil ini tumbuh subur di tanah Mojokerto. .
“Setelah ditanam ini, setelah 26 hari lihat hasilnya sangat luar biasa. Biasanya di Brasil nongolnya 2, disini bisa 4 sampai 5,” ungkapnya kepada awak media.
Pemerintah RI tengah bekerja keras menciptakan 700 ribu hektar lahan untuk penanaman tebu. Apabila hal ini tercapai, maka tidak menutup kemungkinan 5 tahun ke depan RI bisa swasembada gula.
“Kalau kita bisa betul-betul menyiapkan 700 ribu hektar, kita akan mandiri, kita akan swasembada gula dalam 5 tahun ke depan, dan akan saya siapkan untuk yang 700 ribu hektar, sekarang sudah dapat 180 ribu hektar,” jelasnya.
“Budaya menanam tebu yang bagus ini ada di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat juga bagus. Nah nanti kita akan lari keluar Jawa, karena 700 ribu hektar bukan lahan yang kecil ya, sekuat tenaga akan kita siapkan,” sambungnya.
Jokowi menyatakan bahwa apabila swasembada gula ini bisa tercapai, maka industri etanol dan industri bioetanol bisa dikerjakan.
“Kalau swasembada gula bisa tercapai, larinya sebagian bisa dilarikan untuk masuk ke etan, kita mulai dengan E5 dulu, berjalan, kemudian E10, E20, kita main dulu untuk B20, B30, untuk sawit ini sama. Saya senang ini sudah ketemu, jurusnya,” ungkapnya.
Jokowi menambahkan bahwa gula di satu sisi juga menghasilkan molase. Molase merupakan produk dari industri pengolahan gula tebu atau gula bit yang berfungsi sebagai media pemeliharaan bakteri dalam proses pembuatan probiotik.
“Sehingga nantinya selain gulanya terpenuhi, karena sisi gulanya menghasilkan molese, ini yang dipakai untuk membangun industri etanol dan industri bioetanol yang akan memperkuat ketahanan energi kita,” jelasnya.
Mengutip katadata, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor migas Indonesia mencapai US$19,46 miliar atau Rp291,96 triliun (dengan kurs Rp15 ribu per dolar Amerika Serikat/AS) pada semester I 2022. Nilai tersebut melonjak 68,98% dibanding semester I tahun sebelumnya.
Nilai impor migas berupa hasil minyak (minyak olahan) mencapai US$12,01 miliar sepanjang Januari-Juni 2022. Nilai tersebut melonjak hampir dua kali lipat dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$6,18 miliar. Nilai impor hasil minyak ini porsinya mencapai 61,7% dari total nilai impor migas nasional.
Kemudian, nilai impor minyak mentah mencapai US$4,74 miliar pada paruh pertama tahun ini atau 24,33% dari total impor migas. Nilai ini naik 28,68% dibanding paruh pertama tahun sebelumnya hanya US$3,68 miliar.
Adapun, nilai impor migas mencapai US$2,72 miliar pada 6 bulan pertama tahun ini. Nilai tersebut melonjak 64,03% dibanding 6 bulan pertama tahun sebelumnya. Sementara porsi nilai impor gas hanya sebesar 13,95%.
Melonjaknya nilai impor migas Indonesia tidak terlepas dari naiknya harga minyak mentah dunia sebesar 44,74% (year to date/ytd) ke level US$114,81 per barel pada akhir Juni 2022 dibanding posisi 31 Desember 2021 yang masih berada di posisi US$79,32 per barel.
“Kita tahu separuh energi yang kita gunakan itu, BBM yang kita gunakan itu 50% impor semuanya. Tidak boleh kita terus-teruskan seperti ini,” kata Presiden RI Jokowi.