EconomicReview – BUMN holding industri pertambangan Mind Id mencatatkan kinerja produksi dan penjualan menghasilkan pendapatan holding di semester I mencapai Rp39,2 triliun, naik 34% dari capaian pada periode yang sama 2020 sebesar Rp29,3 triliun. Return on equity (ROE) sebesar 10,9%.
Labba bersih perusahaan hingga Juli diketahui di atas Rp6 triliun. Sepanjang semester I, laba bersihnya mencapai Rp4,7 triliun, naik signifikan dibanding posisi rugi bersih Rp1,8 triliun pada semester I 2021.
CEO Group Mind Id Orias Petrus Moedak dalam konferensi pers daring, Selasa, 31 Agustus 2021, mengatakan posisi laba bersih Juli Rp6 triliun. Perbaikan kinerja keuangan ini dikatakannya ditopang oleh kinerja produksi dan penjualan Group MIND ID yang optimal serta implementasi strategi keuangan, khususnya dalam menjaga tingkat likuiditas dan membaiknya harga komoditas global.
Mind Id atau Mining Industry Indonesia beranggotakan PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), dan PT Timah Tbk.
Kemudian EBITDA sebesar Rp10,9 triliun, meningkat 198% dari EBITDA semester I tahun lalu Rp3,6 triliun. EBITDA margin tercatat 27,7%. Net profit margin 12%, naik dibandingkan Juni 2020 yang tercatat -6%.Aset Mind Id Group pada semester I tercatat sebesar Rp193,7 triliun, naik dari Juni 2020 yang sebesar Rp188,5 triliun. Interest bearing debt tercatat sebesar Rp96, triliun, ekuitas Rp77,1 triliun, cash Rp32,7 triliun, net debt to EBITDA 3,4 kali, serta debt to equity ratio 1,2 kali.
Orias Petrus Moedak menegaskan, perusahaan optimistis dapat mencapai kinerja sesuai dengan target. Di semester kedua, perusahaan akan fokus mendorong produksi, optimalisasi sinergi grup, serta percepatan program investasi, dan menjaga likuiditas perusahaan.
“Kami berharap sampai akhir tahun Rp9 triliun-Rp10 triliun. Akan jauh di atas perkiraan semula yang Rp2 triliun-Rp4 triliun di RKAP kami sebelumnya,” kata Orias.
Untuk belanja modal atau capital expenditure (capex), Orias mengatakan terjadi pergeseran waktu karena proyek harus tertunda akibat pandemi covid-19. “Perusahaan-perusahaan karya yang seharusnya mengerjakan proyek-proyek kami juga menunda pekerjaan mereka di lokasi sehingga proyek-proyek juga mengalami penundaan,” kata Orias.
Di Inalum, misalnya, proyek modernisasi tungku ditunda karena tenaga kerja asing tidak bisa hadir, baik yang dari Tiongkok maupun Uni Emirat Arab. Selanjutnya pada proyek di Kalimantan Barat, yakni smelter grade Alumina juga tertunda karena pekerja, baik yang dari Tiongkok maupun kontraktor, tidak bisa melakukan pergerakan secara bebas sehingga pergerakan terganggu.
“Mereka datang sebentar tapi terus kembali lagi karena kondisi saat ini. Tetapi hal-hal yang terkait dengan desain, engineering-nya semua disiapkan dan tetap berjalan,” kata Orias.
Di Inalum, misalnya, proyek modernisasi tungku ditunda karena tenaga kerja asing tidak bisa hadir, baik yang dari Tiongkok maupun Uni Emirat Arab. Selanjutnya pada proyek di Kalimantan Barat, yakni smelter grade Alumina juga tertunda karena pekerja, baik yang dari Tiongkok maupun kontraktor, tidak bisa melakukan pergerakan secara bebas sehingga pergerakan terganggu.
“Mereka datang sebentar tapi terus kembali lagi karena kondisi saat ini. Tetapi hal-hal yang terkait dengan desain, engineering-nya semua disiapkan dan tetap berjalan,” kata Orias.
Tertundanya proyek juga karena terlambat datangnya peralatan. Sebab, kegiatan di pelabuhan luar negeri banyak yang terganggu ataupun tutup sementara. Perusahaan saat ini masih mengamati perkembangan mobilitas yang masih dibatasi.
Diharapkan pada September pergerakan sudah lebih longgar, dalam arti kasus covid-19 sudah menurun. Jika kasus belum menurun, sudah menjadi konsekuensi bila penyelesaian proyek tertunda. “Tidak masalah, memang di dalam menyelesaikan proyek mau tidak mau ada penundaan atau pergeseran waktu,” kata Orias.