EconomicReview – Titin Dunggio, Rektor Universitas Bina Mandiri (UBM), Gorontalo dinilai telah merepresentasikan pemimpin perempuan dalam kategori pendidikan. Hal ini tercermin dari komitmennya dalam membesarkan UBM hingga seperti sekarang ini.
Komitmen inilah yang menempatkan Titin memperoleh penghargaan Anugerah Perempuan Indonesia (API) VIII-2022. Penerima API ini terdiri dari para Perempuan Pemimpin di berbagai kalangan pemerintahan, asosiasi/perkumpulan, perusahaan, pendidikan, sosial-budaya, lingkungan hidup, kesehatan, BUMN, BUMD, maupun swasta.
Karena itu, API ini merupakan bentuk apresiasi berupa penghargaan tertinggi yang diberikan kepada para perempuan pemimpin di Indonesia yang memiliki berbagai keunggulan, seperti yang telah dirintis dan diperjuangkan pahlawan Perempuan Indonesia.
Penghargaan untuk Titin diberikan langsung oleh tokoh perempuan Indonesia, Dewi Motik Pramono yang juga Pendiri Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI). Usai menerima penghargaan, Rektor Titin mengaku bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah menyukseskan kegiatan ini.
“Secara pribadi saya menyampaikan syukur Alhamdulillah dan terima kasih banyak kepada seluruh panitia pelaksana. Tentunya kami siap untuk membangun sinergitas dengan PPI demi mengembangkan daerah masing-masing, terutama dalam hal peningkatan dari sisi kualitas perempuan didaerah kami. Saya ucapkan terima kasih kepada keluarga, kepada suami yang turut mendampingi dan seluruh civitas akademika Universitas Bina Mandiri Gorontalo,” ungkap Rektor yang juga ketua DPW APVOKASI Provinsi Gorontalo itu.
Tak hanya itu, Rektor Titin juga berharap, anugerah yang diberikan bisa terus menginspirasi para perempuan-perempuan khususnya di Provinsi Gorontalo untuk berkiprah dan berprestasi mengejar cita cita bersama.
“Kami berharap anugerah ini dapat terus menginspirasi para perempuan Indonesia khususnya Gorontalo akan pentingnya perjuangan dan kerja keras dalam meraih cita-cita dan meningkatkan kualitas. Penghargaan ini semakin memotivasi kami untuk terus memberikan sumbangsih kepada bangsa melalui bidang pendidikan dan kemasyarakatan yang selama ini ditekuni,” tambahnya.
Terkait prestasi ini, Titin mengaku telah banyak menelurkan inovasi dan prestasi hingga tahun 2021, terutama terkait status universitas yang awalnya di tahun 2007 adalah sekolah tinggi yang hanya memiliki 2 bilik dan 6 orang pegawai. Pada awal 2019, lembaga perguruan tinggi ini telah beralih status menjadi Universitas Bina Mandiri
“Alhamdulillah kami dapat mengupayakan perluasan dan pengembangan lahan sarana dan prasarananya yang cukup representative di areal lahan 40.000 meter persegi. Kami juga berupaya untuk mendapatkan hibah pengembangan sarana dan prasarana dan pembangunan kampus swasta,” ujarnya.
Kondisi ini pula yang memunculkan peluang dan tantangan sekaligus. Untuk peluang, kata Titin, lebih kepada adanya kampus merdeka. “Merdeka belajar sebagai kebijakan dari Kemendikbudristek, memberikan ruang kepada perguruan tinggi untuk lebih berinovasi seusai dengan karakteristiknya,” ujarnya
Di sisi lain, peluang ini terkait dengan kerjasama, baik lokal, nasional maupun internasional pada lingkungan pemerintah maupun swasta dalam mengiring visi lembaga kami. “Peluang dan tantangan yang saya hadapi dalam pengelolaan perguruan tinggi swasta,” tandasnya.
Untuk tantangan, lebih terkait dengan masih tingginya minat masyarakat untuk masuk ke perguruan tinggi negeri serta standar kompetensi kelulusan yang terus meningkat. “Semua ini mendorong kami untuk senantiasa memperbaiki sistem tata kelola.
Sebagaimana diketahui, penerapan sistem tata kelola terus tumbuh dan berkualitas di era digitalisasi. Di UBM, semua staf telah menjalankn tata kelola dengan menjalankan transformasi digital pada tiga hal. Pertama, pola pikir dengan faktor utama menanamkan bahwa keberlangsungan lembaga adalah merupakan tanggung jawab semua unsur dan motivasi senantiasa di bangkitkan.
Kemudian terkait kemampuan lewat pengembangan diri diklat dll. Yang tak kalah penting budaya kerja. Meningkatkan etos kerja yang baik denga kedisplinan dan tanggung jawab juga berdaptasi dengan teknologi baik kurikulum maupun cara belajar (blended learning).
Titin menegaskan bahwa apa yang telah diraihnya tak lepas dari tipe kepemimpinan Rektor Titin. “Yang melekat pada diri saya adalah tipe kepemimpinan situasional, yakni menghidupkan, mengarahkan dan menggerakkan organisasi menyesuaikan dengan kondisi,” ujarnya.
Penerapan kebijakan mengakomodir masukan-masukan unsur di dalam lembaga perguruan tinggi. Mengarahkan langsung pekerjaan yang dilakukan, senantiasa mengembangkan sumber daya melalui pendidikan dan pelatihan, serta menjalankan delegasi tugas pada unsur yang berkompeten untuk memberikan kesempatan pada unsur internal dalam pengembangan diri. Membimbing anggota, memberikan motivasi, menjadikan kerja tim yang solid dan berusaha menunjukkan ketauladanan sehingga diharapkan secara bersama mewujudkan visi dan misi lembaga.