EconomicReview-Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPOM RI, L. Rizka Andalusia hadir untuk meresmikan Central Lab milik PT Equilab International. Kehadiran Central Lab ini disambut baik sebagai salah satu upaya memperluas fasilitas pengujian terhadap parameter obat dan bahan obat di Indonesia yang saat ini jumlahnya masih terbatas.
PT Equilab International merupakan salah satu laboratorium yang saat ini melakukan uji bioekivalensi dan organisasi riset kontrak yang melaksanakan berbagai uji klinik di Indonesia. Pengujian tersebut menjadi tahapan yang penting dalam proses mendorong pengembangan obat di Indonesia. Hal ini sejalan dengan semangat transformasi sistem kesehatan dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2023 tentang Kesehatan, juga untuk mewujudkan tujuan dari Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.
Dalam sambutannya, Plt. Kepala BPOM menjelaskan bahwa dengan adanya laboratorium sentral yang memiliki kemampuan melaksanakan uji bioekivalensi (uji BE), dapat mendukung industri farmasi yang belum mempunyai kemampuan melaksanakan uji tersebut. Dengan harapan, dapat menekan biaya produksi obat sehingga akan berpengaruh terhadap harga jual obat menjadi lebih rendah.
“Saya dulu pernah mengusulkan untuk dibuatkan lab sentral yang independen, sehingga dapat digunakan oleh industri farmasi lainnya yang tidak punya kemampuan alat-alat canggih, karena sekarang kita bekerja bisa dengan sharing facility. Dengan begitu, compliance dari industri farmasi akan meningkat. Kedua, yang penting adalah cost-nya juga jadi murah, jadi nantinya harga obat juga murah,” harap L Rizka Andalusia.
Plt. Kepala BPOM mengapresiasi langkah yang dilakukan PT Equilab International dalam membangun central lab untuk menunjang kegiatan uji klinik di Indonesia. “Rasanya sudah lebih dari 5-10 tahun aktivitas uji klinik di Indonesia paling rendah di Asia Tenggara, aneh rasanya. Dengan jumlah penduduk 270 juta rakyat Indonesia, berbagai jenis macam penyakit di Indonesia, namun uji klinik berbeda dengan di negara lain yang ternyata subjek uji kliniknya adalah orang Indonesia,” ujarnya.
Direktur PT. Equilab International, Wimala Widjaja menceritakan bahwa pembangunan fasilitas layanan central lab ini telah dibangun sejak 2023 dan telah dimanfaatkan untuk memberikan layanan pengujian untuk industri farmasi nasional. Keseluruhan fasilitas layanan central lab ini rampung di akhir Desember tahun lalu. Menurutnya, BPOM memiliki peran penting dalam lahir dan tumbuhnya Equilab.
”Lahir dan tumbuhnya Equilab tidak lepas dari dukungan dan pembinaan BPOM RI. Tepatnya pada ACCSQ tahun 2003 di Kamboja, Ibu Lucky (saat Itu Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif BPOM) mendorong ide pendirian lab uji BE yang profesional dan berkualitas dengan tujuan terjaminnya mutu obat yang beredar di Indonesia. Berkat dorongan beliaulah Equilab di tahun yang sama berdiri,” ungkapnya.
“Saya juga masih ingat di satu kesempatan Ibu Rizka menyampaikan kepada kalangan industri farmasi untuk jangan memandang uji BE sebagai suatu biaya, tapi sebagai suatu investasi,” ujarnya.
Plt. Kepala BPOM berharap PT Equilab International dapat terus konsisten membantu pemerintah dalam mewujudkan ketahanan di sektor kefarmasian. “Besar harapan kami bahwa dengan kehadiran fasilitas ini dapat membantu agar obat-obatan yang dibutuhkan di sektor kefarmasian untuk pelayanan kesehatan dapat tersedia dengan cepat, mutu yang baik, dan harga yang terjangkau,” tutupnya.