EconomicReview – Untuk mengungkap tren musim libur terbesar Natal dan Tahun Baru 2021, serta dampak pandemi terhadap musim belanja akhir tahun, perusahaan riset SurveySensum telah melakukan survei bertajuk ‘2020 Holiday Shopping Trends report’. Survei tentang pengeluaran masyarakat pada musim liburan ini melibatkan 500 responden di 5 kota besar di Indonesia (50 persen pria dan 50 persen wanita).
Hasil survei memperlihatkan bahwa ada pergeseran signifikan dalam perilaku belanja konsumen saat merayakan libur Natal, akhir tahun 2020 dan Tahun Baru 2021. Sebagian besar konsumen berencana untuk memangkas pengeluaran di musim liburan ini. Anggaran rata-rata diperkirakan turun sekitar 14 persen.
Dalam keterangan pers yang diterima pada Rabu (23/12/2020) menunjukkan bahwa yang tak kalah menarik dari hasil riset ‘2020 Holiday Shopping Trends report’ ini, kategori rekreasi dan kebutuhan sekunder seperti perjalanan santai, perawatan pribadi, minuman beralkohol, kado, perlengkapan rumah & dapur, dan kegiatan berbelanja akan berkurang drastis selama musim liburan ini.
Penemuan menarik lainnya adalah ketika responden mengungkapkan rencana liburan akhir tahun mereka. Hanya 37 persen konsumen di Indonesia yang berencana bepergian selama musim liburan 2020 ini. Data ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan 88 persen konsumen yang berlibur pada 2019. Dari jumlah tersebut, 54 persen berencana untuk bepergian hanya ke kota-kota terdekat. Ada sebesar 70 persen dari mereka berencana untuk bepergian menggunakan mobil atau kendaraan pribadi. Rencana untuk berlibur ke luar negeri hampir dipastikan diabaikan tahun ini.

Pergeseran perilaku belanja konsumen ini dinilai berganti ke kategori digital. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan data seluler sebesar 48 persen. Layanan berlangganan meningkat sebanyak 29 persen. Donasi, kegiatan game online, meningkat 26 persen. Peningkatan pada layanan e-learning juga terjadi sebesar 23 persen serta kategori gadget elektronik mengalami peningkatan sebesar 18 persen.
Di sisi lain, ada kecenderungan konsumen terhadap format contactless demi keamanan dan kenyamanan juga tercermin dalam ‘2020 Holiday Shopping Trends report’.
Rajiv memaparkan, konsumen memiliki kekhawatiran yang kuat terhadap berbelanja di dalam toko. Hal ini tercermin dari data bahwa sekitar 81 persen konsumen lebih suka berbelanja online untuk menghindari keramaian, 58 persen diantaranya mengemukakan bahwa mereka lebih memilih berbelanja secara online karena takut akan Covid-19.
“Ketika berbicara mengenai kemungkinan kembali berbelanja seperti sebelum pandemi, 50 persen dari mereka merasa akan kembali melanjutkan rutinitas belanja dengan normal setelah memperoleh vaksin,” ujarnya.
Bukan itu saja, 43 persen responden SurveySensum mengungkapkan keinginannya berbelanja online karena lebih aman, terhindar dari keramaian, lebih nyaman berbelanja dari rumah, harga yang lebih murah dan beragam, juga adanya layanan pengiriman gratis. Inilah yang membuat digital channel semakin digemari konsumen untuk berbelanja di musim liburan, sehingga industri e-commerce pun akan meraup pertumbuhan bisnisnya yang lebih besar.
Bahkan untuk kategori kebutuhan sehari-hari juga beralih ke belanja online. Karena itu tak mengherankan, kata Rajiv bila terjadi peningkatan 48 persen pada belanja data seluler, 16 persen peningkatan pada belanja ponsel. Kemudian ada 15 persen peningkatan pada hadiah untuk keluarga, 14 persen peningkatan pada pembelian pakaian untuk pemakaian sendiri, 13 persen pada pembelian makanan, 7 persen pada gadget elektronik, 4 persen pada produk kosmetik dan otomotif roda dua, dan pada banyak kategori lainnya.